Selasa, 23 November 2010

Perilaku Yang baik

Cara yang mampu menjadikan diri sendiri memiliki akhlak yang baik dan mulia:
1.      Akidah dan keyakinan yang benar. Sesungguhnya akidah dan keyakinan adalah akar dari segala pemikiran pada setiap individu. Perilaku umumya hanyalah hasil dari apa yang dipikirkan dan diyakini manusia. Bisa dikatakan bahwa penyimpangan perilaku merupakan hasil dari keyakinan yang kacau. Akidah dan keyakinan digambarkan dengan adanya KEIMANAN. Sesungguhnya orang yang beriman yang sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Karenanya, keyakinan yang baik akan menjadikan penganutnya mampu menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik, seperti bersifat jujur, menjaga kemuliaan diri, lemah lembut, berani membela kebenaran dan sebagainya. Juga membuat pemiliknya terhindar dari segala akhlak yang buruk, seperti berbohong, pelit, kikir, bodoh dan sejenisnya.
2.      Do’a. sesungguhnya do’a adalah pintu masuk yang paling efektif. Apabila dibukakan pintu bagi seorang hamba, maka segala kebaikan akan selalu mengikutinya dan keberkahan hidup akan selalu menyertainya.
3.      Mujahadah (Usaha keras). Usaha yang selalu berkesinambungan dan konsisten untuk terus mengaplikasin akhlak yang baik adalah salah satu caranya dan merupakan Hidayah dari Alloh kepada hamba-Nya.
4.      Muhasabah (instrospeksi diri), yaitu dengan cara merenungi kesalahan yang telah diperbuat dan berjanji untuk tidak melakukannya kembali dengan konsep pahala dan dosa. Pahala apabila melakukan kebaikan dan dosa apabila melakukukan kesalahan atau lalai akan suatu hal, dengan tidak berlebih-lebihan dan juga ceroboh dalam menyikapinya.
5.      Berfikir akan akibat yang terjadi atas segala sesuatu yang dilakukan. Dengan mengetahui bahwa dengan selalu berakhlak baik akan selalu mendatangkan hasil yang baik, maka hal tersebut akan memotivasi orang untuk selalu berusaha berakhlak baik. Inilah sugesti terbesar yang ada dalam pikiran manusia.
6.      Merenungkan hasil dari semua akhlak buruk apabila hal itu dilakukan. Sesungguhnya hasilnya adalah penyesalan yang tiada henti, kerugian, kekhawatiran yang selalu menyertai dan juga kebencian masyarakat
7.      Waspada akan keterputusasaan dengan selalu memperbaiki diri. Putus asa adalah penyakit. Hanya dengan keinginan kuat dan pertolongan Alloh-lah seseorang dapat melepaskan diri dari keterputusasaan dan juga dari akhlak yang buruk yang menyertainya.
8.      Motivasi yang tinggi. Hal ini membutuhkan satu niat dan kesungguhan yang kuat. Ia akan membuat pemiliknya mencapai kesempurnaan dan mengangkatnya dari kehinaan.
9.      Sabar dengan menahan amarah dan meninggalkan ceroboh dan keterburu-buruan
10.  Iffah (menjaga harga diri) yaitu dengan menjauhi segala perbuatan buruk, baik yang keluar dari perkataan maupun perbuatan. Ia pun selalu menjaga rasa malunya. Karena malulah yang menjadi modal dasar akan semua kebaikan. Dengannya mampu menghindarkan seseorang dari perbuatan keji, kikir, berbohong, bergosip dan juga menggunjing orang lain.
11.  Berani demi menjaga kemuliaan diri dan menegakkan nilai-nilai moral serta mencapai akhlak yang tertinggi.
12.  Adil dengan mencoba menyeimbangkan akhlak dan selalu menjadi moderat dalam segala hal.
13.  Wajah yang berseri tanpa menampakkan muka masam dan cemberut
14.  Merakyat. Hal ini merupakan salah satu akhlak penguasa dan pemimpin yang baik. Dengannya, mampu melestarikan kasih sayang serta menyelesaikan konflik dan juga kebencian yang tumbuh di masyarakat.
15.  Lemah lembut dan tidak terburu-buru. Keduanya adalah akhlak yang mulia dan dimiliki oleh orang-orang yang berpikiran jauh. Dengan lemah lembutlah yang menjadikan orang mampu menahan amarahnya.
16.  Memalingkan diri dari orang-orang yang bodoh.
17.  Menghindari sifat menggunjing dan mencela. Hal ini termasuk dari kemuliaan jiwa dan juga motivasi yang tinggi.
18.  Menrendahkan orang yang berbuat kejahatan. Hal ini adalah pukulan yang sangat telak demi kemuliaan dan harga diri.
19.  Melupakan perbuatan buruk yang pernah dialami. Siapapun yang telah berbuat buruk kepada dirimu, maka anggaplah hal tersebut tidak pernah terjadi dan janganlah engkau berbuat buruk padanya. Apabila kau mengingat perbuatan buruknya padamu, maka hilanglah rasa kasih sayangmu padanya. Barang siapa yang selalu mengingat kejahatan manusia kepadanya, tentunya ia tidak akan merasa betah untuk tinggal bersama mereka. Karenanya lupakan hal tersebut.
20.  Memaafkan dan tenggang rasa dengan membalas perbuatan jahat dengan kebaikan.
21.  Dermawan yang merupakan sikap yang sangat terpuji. Sedang kebalikannya, kikir adalah sikap yang buruk dan dibenci. Kedermawanan akan selalu mendatangkan kasih sayang dan memadamkan permusuhan. Ia pun mampu mendatangkan memori yang baik dan menutupi rasa aib dan kesalahan.
22.  Melupakan perbuatan baik yang pernah dilakukan kepada orang lain. Ini adalah suatu sikap tertinggi dan menempati posisi yang baik di sisi-Nya. Hendaknya kau melupakan perbuatan baik yang pernah kau lakukan pada orang lain, dan anggaplah itu tidak pernah terjadi.
23.  Ridha dengan sesuatu yang sedikit yang didapatkan dari manusia dan meninggalkan banyak tuntutan kepada mereka. Hal ini dilakukan dengan hanya mengambil sesuatu yang memudahkan mereka dan tidak membebani mereka dengan suatu hal yang menyulitkan mereka.
24.  Memperkirakan pahala yang aka didapatkan dari Allah. Dengan berpedoman pada akan hal ini, maka akan membuat manusia senantiasa berusaha untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
25.  Menghidari api kemarahan. Sesungguhnya panah setan selalu menusuk hati dan menyerukan untuk melakukan balas dendam dan juga berbuat kejahatan.
26.  Menghindari pertengkaran. Sesungguhnya pertengkaran hanya mengasah permusuhan dan mewariskan balas dendam serta mengantarkan manusia untuk berkata bohong. Selain itu pula, pertengkaran mampu membawa manusia lainnya untuk masuk ke dalam pertarungan yang sia-sia.
27.  Saling mewasiatkan dan menasihati untuk selalu berakhlak baik dan juga waspada akan akhlak buruk. Memberikan nasihat dari suatu perbuatan buruk adalah salah satu cerminan dari adanya saling berwasiat dalam kebenaran.
28.  Menerima nasihat atau kritikan yang membangun. Siapa pun yang diberikan nasihat,  hendaknya menerimanya dan mengambil yang baik darinya hingga ia mampu mencapai harga diri dan kewibawaannya.
29.  Melakukan segala sesuatu dengan optimal, hingga ia terlepas dari segala celaan dan kecerobohanan, dari jeleknya meminta maaf atas ketidakmampuaanya menyelesaikan sesuatu dengan baik dan dari kesalahn yang terus-menerus dilakukan sehingga secara tidak langsung hal ini mempengaruhi akhlak dan pembawaaan diri.
30.  Mengakui kesalahan yang telah terjadi dan waspada akan terulangnya kesalahan tersebut. Hal ini mencerminkan dari akhlak yang baik dan motivasi yang tinggi dalam memperbaiki diri.
31.  Selalu bersikap ramah
32.  Selalu rendah hati. Sikap ini mampu membuat posisi pemiliknya menjadi terangkat
33.  Mendayagunakan pertemuan rutin. Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bermasyarakat dan bukan untuk menyendiri, untuk saling berkenalan dan bukan untuk bersandiwara, untuk saling menolong dan bukan untuk bersikap individualistis dalam kehidupan. Dalam pertemuan rutin yang ada diantara beberapa manusia mampu menumbuhkan rasa kasih sayang dan persahabatan di antara mereka. Darinya dikumpulkan banyak ide yang beragam dan juga disatukan banyak hati yang saling membutuhkan.
34.  Selalu berkata jujur. Seorang bijak pernah berkata “Dengan kejujuranlah bisa dinilai kemuliaan seseorang, bisa dilihat ketinggian posisinya, kejernihan hatinya dan juga kehidupannya yang baik. Ia pun mampu menyelamatkan pemiliknya dari jeleknya kebohongan.”
35.  Menghindari celaan kepada orang yang telah berbuat jahat. Tidak layak bagi seseorang yang berakal untuk berlebih-lebihan dalam mencela seseorang yang telah berbuat jahat padanya. Khususnya, apabila ia mengetahui bahwa orang tersebut adalah orang bodoh yang tidak mengetahui suatu permasalahan ataupun orang yang memang jarang mencela orang. Sesungguhnya celaan yang beruntun akan mendatangkan kemarahan dalam diri dan kekerasan hati. Ia pun mampu mendatangkan permusuhan dan menutup telingan dari sesuatu yang menyakitinya.
36.  Menghindari kehinaan yang ada di antara manusia. Sesungguhnya mengungkapkan aib seseorang mampu menyulut permusuhan dan menghadirkan was-was dalam hati hingga darinya mampu menghadirkan akhlak yang buruk.
37.  Selalu melakukan instrospeksi diri.
38.  Meletakkan posisi sebagaimana posisi musuhnya. Dengan demikian, ia mampu menyelami perasaannya dan mampu menahan amarahnya serta menjauhkan dirinya dari prasangka buruk padanya.
39.  Berteman dengan orang-orang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Karena berteman dengan mereka merupakan satu cerminan akan hidayah dan petunjuk yang Allah berikan.
40.  Mengunjungi orang yang memiliki hati yang lemah lembut, kemuliaan dan juga wibawa. Sesungguhnya dengan memperbanyak kunjungan kepada mereka dan banyak bertatap muka dengan mereka, maka akan membuat seseorang berakhlak sebagaimana akhlak mereka.
41.  Mendayagunakan lingkungan dan orang yang berinteraksi dengannya. Banyak manusia yang mempelajari kewibawaan dan akhlak yang mulia dari orang-orang yang memiliki akhlak kebalikannya.
42.  Menyeimbangkan hati dengan selalu konsisten dengan keimanan, baik pada masa lapang maupun masa sulit.
43.  Mengetahui keadaan social, dengan mengamati pola pemikiran yang ada pada mereka dan berinteraksi sesuai dengan pemikiran yang mereka anut. Inilah sesungguhnya yang banyak dilakukan oleh kaum terpelajar.
44.  Menjaga etika berbicara dan juga berkumpul; diantaranya dengan menjadi pendengar aktif di kala seseorang sedang berbicara dengan tidak memotong pembicaraannya, mengingkari apa yang dikatakannya, meremehkan topic pembicaraannya, menyempurnakan topic yang akan dibicarakan ataupun meninggalkan ruang pertemuan sebelum topic pembicaraan selesai.
45.  Menjaga shalat, karena inilah alas an yang mendasar bagi adanya akhlak yang baik, muka berseri, hati yang baik, dan mengangkatnya dari kehinaan.
46.  Memperbanyak puasa hingga mampu menjernihkan hati dan menumbuhkan akhlak yang baik; seperti kasih sayang, menghormati, berbuat baik, silaturahmi dan sebagainya. Selain itu, puasa juga dianggap sebagai pelatihan rutin dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.
47.  Membaca Al-Qur’an dengan perenungan dan pemikiran yang mendalam hingga dapat dipahami. Di dalamnya banyak diajarkan tentang akhlak yang baik.
48.  Senantiasa bersifat malu. Dengan sikap inilah mampu menimbulkan banyak perbuatan baik dan menghindarkan seseorang dari perbuatan buruk.
49.  Menjernihkan hati dengan taat kepada-Nya.
50.  Menyebarkan salam. Karena ia adalah seruan akan cinta kasih.
51.  Meneladani perjalanan hidup Rosululloh dan para sahabatnya, serta orang-orang yang bersikap lemah lembut dan memiliki keistimewaan. Selain itu pula dilengkapi dengan membaca banyak buku tentang fadhillah akhlak terpuji, ataupun buku akhlak serta menelaah hukumnya dan mengenal idealisnya. Sesungguhnya semuanya itu mampu mengajarkan manusia akan konsep akhlak yang baik dan terpuji.

(Az-Zahrani, Musfir bin Sa’d. 2005. Konseling Terapi. (Alih bahasa: Sari Narulita dan Miftahul Jannah). Jakarta: Gema Insani Press)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar